audience statistics Bukan Sajak Biasa

Since the beginning of the war, more than 2000 civilians have been killed by Russian missiles, according to official data. Help us protect Ukrainians from missiles - provide max military assisstance to Ukraine #Ukraine. #StandWithUkraine

PROKLAMASI RASA Teruntuk kamu—cahaya di langitku yang sepi, izinkan aku menjabarkan rasa yang begitu istimewa. Aku tak tahu, bila terlibat asmaraloka bersamamu,  membuat hatiku enggan berpaling. Senyum menawanmu membuatku hanyut dalam angan. Tatapan teduhmu membuat asaku terus tumbuh.  Sebagaimana bulan bersinar di antara ribuan tara; seperti itulah dirimu di mataku. Sebagaimana cakrawala membentang luas; seperti itulah rasa cintaku padamu. Semua yang telah menjadi bukti berada di relung terdalam hati. Kamu tak perlu tahu setinggi apa aku melangitkan semoga untukmu, dan sedalam apa aku menyimpan namamu. Satu yang pasti— bahwa kamu akan selalu bersinar menjadi bulan, sebagaimana aku menjadi bintang di langit malam yang sama. —Anantara pada sudut bumi, di mana saat matahari dan bulan sejajar pada satu sisi bumi yang berlawanan. #sajakberbicara [@sajakberbicara]

PROKLAMASI RASA Teruntuk kamu—cahaya di langitku yang sepi, izinkan aku menjabarkan rasa yang begitu istimewa. Aku tak tahu, bila terlibat asmaraloka bersamamu,  membuat hatiku enggan berpaling. Senyum menawanmu membuatku hanyut dalam angan. Tatapan teduhmu membuat asaku terus tumbuh.  Sebagaimana bulan bersinar di antara ribuan tara; seperti itulah dirimu di mataku. Sebagaimana cakrawala membentang luas; seperti itulah rasa cintaku padamu. Semua yang telah menjadi bukti berada di relung terdalam hati. Kamu tak perlu tahu setinggi apa aku melangitkan semoga untukmu, dan sedalam apa aku menyimpan namamu. Satu yang pasti— bahwa kamu akan selalu bersinar menjadi bulan, sebagaimana aku menjadi bintang di langit malam yang sama. —Anantara pada sudut bumi, di mana saat matahari dan bulan sejajar pada satu sisi bumi yang berlawanan.

Ngapain ya

Gabut ges

Gaesss

🙂🤏🏻

aloo gess

Rangkaian pilumu membalut kasar aroma ragaku, menyapu satu demi satu serpihan kata cinta yang tak lagi utuh. Aku lelah, Anala! Bercinta denganmu mematikan senyum harsaku. Sudah sekian bulan aku tersiksa, meneguk wacana asa yang beralaskan bahagia. "Kapan?" tanyaku pada semesta. Apa aku belum cukup lelah untuk kau siksa? Hari ini, di mana aku bersaksi, rasa yang kubendung tak lagi terpatri. Ladang pikiranku gundah—hancur dan sirna diterpa angin badai yang selalu datang tiba-tiba. Ia dikomandoi seorang berparas pasangan yang indah; menjelma layaknya romantisme Romeo dan Juliet di khayangan surga. Namun lihatlah! Apa yang ia perbuat? Kabar itu selalu jadi cambukan luar biasa yang membuat setengah jiwaku mati rasa, padahal ia berteriak inginku bahagia. Namun kenapa seolah-olah aku yang terpenjara? Anala, aku menyayangimu. Tapi kenapa perih selalu singgah di ragaku? Kenapa selalu aku yang menanggung keluh? Janji tanpa jiwa; lelah dalam fana; nafasku hilang arah. Aku harap semua cacian perusak jiwa ini segera berlalu dalam duka. "Tak mengapa, aku kan menahannya," ucapku tiap-tiap kali semesta menoreh luka. —𝐒𝐚𝐠𝐚𝐫𝐚 #sajakberbicara [ @sajakberbicara ]

Aku benci bagian ini. Ketika aku harus kembali menjemput diriku pulang dari banyaknya peluang tentang perasaan. Aku harus kembali meredam sesuatu hal yang seharusnya kubungkam. Aku benci ketika aku terus-menerus mencoba meski aku tahu akan gagal. Tetapi jikalau kau berkenan, tinggallah sedikit lebih lama. Aku masih ingin mendengar bagaimana harimu atau hal-hal yang membuatmu marah bahkan kecewa. Aku ingin tetap menjadi seseorang yang kau ceritakan seperti biasanya, tanpa salah satu dari kita merasa kehilangan. Barangkali, akhir kisah nanti tetap bahagia, entah bersamamu atau orang lain dan begitu juga denganmu. Tetapi seperti kebanyakan manusia, membayangkanmu dengan seseorang saja mampu membuat hatiku bersedih. Lantas bagaimana nanti? — V.A #Sajakberbicara [@sajakberbicara]

Aku tidak tahu jika jatuh cinta bisa menjadi semelankolis ini, ketika menatap seutas senyum terbit dari bibirmu—tetapi bukan aku yang menciptakan. Aku tidak tahu jika jatuh cinta bisa membuahkan luka padahal tak pernah memberi sentuh, ketika mengetahui bahwa aku mendamba seseorang yang juga tengah jatuh cinta; pada insan lain. Aku sibuk berlari mengejar langkah kakimu, tak peduli bahwa akan ada duri-duri yang menancap pada kakiku. Aku sibuk bermain dan bertengkar dengan logika, menepis segala prasangka buruk yang mengatakan; semua akan sia-sia. Aku tak peduli, pun jika aku akan berdarah-darah. Aku tak peduli, pun jika aku akan hilang kewarasan. Karena mengetahui kamu tak sudi diiringi olehku yang ingin sekali membersamaimu—membuatku jauh lebih terluka. —Petrichor #sajakberbicara @sajakberbicara

𝗔𝗡𝗘𝗦𝗧𝗘𝗦𝗜 𝗥𝗔𝗦𝗔 Rangkaian pilumu membalut kasar aroma ragaku, menyapu satu demi satu serpihan kata cinta yang tak lagi utuh. Aku lelah Anala! bercinta denganmu mematikan senyum harsaku Sudah sekian bulan aku tersiksa, meneguk wacana asa yang beralaskan bahagia, "Kapan" ujarku pada semesta, apa aku belum cukup lelah untuk kau siksa? Hari ini, di mana aku bersaksi, rasa yang kubendung tak lagi terpatri, ladang pikiranku gundah—hancur dan sirna diterpa angin badai yang selalu datang tiba-tiba, Ia dikomandoi seorang berparas pasangan yang indah; menjelma layaknya romantisme romeo dan juliet di khayangan surga. Namun lihatlah! apa yg ia perbuat? kabar itu selalu jadi cambukan luar biasa yang membuat setengah jiwaku mati rasa, padahal ia berteriak inginku bahagia; namun kenapa seolah-seolah aku yang terpenjara? Anala, aku menyayangimu. tapi kenapa perih selalu singgah diragaku? Kenapa selalu aku yang menanggung keluh? janji tanpa jiwa; lelah dalam fana; nafasku hilang arah, aku harap semua cacian perusak jiwa ini segera berlalu dalam duka— "Tak mengapa aku kan menahannya" —𝐒𝐚𝐠𝐚𝐫𝐚 #sajakberbicara [ @sajakberbicara ]

Haii

heyyi

Gaes

T R E P I D A S I Dengan perasaan bergemuruh, kata-kata ini aku rangkai, merintis bait terakhir untukmu—melangkah di lorong-lorong kelam perpisahan yang menyelubungi kita. Tempo hari, duka merobek jiwaku saat kabar usiamu yang semakin pendek mencapai telingaku. Harsa, mengapa waktu bersamamu terasa seperti denyut nadi yang semakin redup? Mengapa takdir harus mencabik-cabik harapanku? Merampas masa depan yang dulu terhampar cerah bersamamu? Harsa, kamu layaknya lilin yang terus menyala meski berada di ambang kehancuran; nahasnya, aku merasakan getaran hangatnya semakin memudar. Kamu seperti lagu sedih yang terus berkumandang di tengah hujan deras. Dan aku, hanya penikmat melodi kepedihan yang tak berkesudahan. Harsa, aku takut menghadapi sebuah kehilangan, aku takut menghadapi kehampaan yang mengintai setelah kamu pergi, dan teror bahwa hidupku akan menjadi ruang gelap tanpa kehadiranmu. Ketakutan ini merayap di setiap sudut hatiku; malam-malam tanpamu semakin suram. Bagaimana jika ini adalah malam terakhir kita bersama, dan aku tak bisa menahanmu dalam pelukanku lebih lama? Harsa, aku mencintaimu seperti bait-bait lagu yang menyayat jiwa, seperti melodi sedih yang tak kunjung usai. Aku mencintaimu, dalam kepedihan yang tak terlukiskan oleh kata-kata.

—Petrichor

#sajakberbicara [@sajakberbicara]

Dengan perasaan bergemuruh, kata-kata ini aku rangkai, merintis bait terakhir untukmu—melangkah di lorong-lorong kelam perpisahan yang menyelubungi kita. Tempo hari, duka merobek jiwaku saat kabar usiamu yang semakin pendek mencapai telingaku. Harsa, mengapa waktu bersamamu terasa seperti denyut nadi yang semakin redup? Mengapa takdir harus mencabik-cabik harapanku? Merampas masa depan yang dulu terhampar cerah bersamamu? Harsa, kamu layaknya lilin yang terus menyala meski berada di ambang kehancuran; nahasnya, aku merasakan getaran hangatnya semakin memudar. Kamu seperti lagu sedih yang terus berkumandang di tengah hujan deras. Dan aku, hanya penikmat melodi kepedihan yang tak berkesudahan. Harsa, aku takut menghadapi sebuah kehilangan, aku takut menghadapi kehampaan yang mengintai setelah kamu pergi, dan teror bahwa hidupku akan menjadi ruang gelap tanpa kehadiranmu. Ketakutan ini merayap di setiap sudut hatiku; malam-malam tanpamu semakin suram. Bagaimana jika ini adalah malam terakhir kita bersama, dan aku tak bisa menahanmu dalam pelukanku lebih lama? Harsa, aku mencintaimu seperti bait-bait lagu yang menyayat jiwa, seperti melodi sedih yang tak kunjung usai. Aku mencintaimu, dalam kepedihan yang tak terlukiskan oleh kata-kata.

—Petrichor

#sajakberbicara [@sajakberbicara]

T R E P I D A S I

Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia❤ — All Admin

I'm having fun on YoHo. My ID is 15160976 and I'm hanging out in room 15160976. Come join me in the fun! https://www.yoho.media/Share_app/index.html?uid=15160976&roomid=768335595415015424

DUMAY Malam sepi bercumbu fantasi alam maya Chandra menyambang rucita sebalik jendela kaca  Masih melenakan imaji runa berkasih aksara Berbuai delusi visualkan ilusi asmara Suara persephone dari kejauhan samar parau pilu Membancang rembulan malu Menggigilkan nadi sendu ngilu Naluri bergetar merindu daksa baru sosok dulu-lalu Ting ... Sebuah syair terangkai indah Membawa pesan cinta rasa-raga rupa bermadah Kasih "dumay" imaji gulana-gundah Walau hati pun sekarang terlatih memilih tuk memilah Ting ... Kasih romansa menjelma fiksi-fantasi legenda kisah ramayana Ini hanya permainan duniawi-virtual semesta fana Tak mungkin dua entitas untuk dapat bersua nyata Sebatas cinta jarak waktu-ruang dimensi dunia maya —can ; runa persephone #Sajakberbicara [@sajakberbicara]

Gaesss cptt download yoho ntar aku siaran disana Id ku 15160976 🫶🏻🫶🏻

Oss yukk

Aloooo